Minggu, 26 Juli 2009

lagibisa

Insiden Monas Rekayasa Amerika! Oleh : Redaksi 10 Jun 2008 - 4:30 pm

Insiden Monas Rekayasa Amerika!
Oleh : Redaksi 10 Jun 2008 - 4:30 pm


Satu hari setelah terjadinya Insiden Monas (01 Jun 2008), Kedubes AS di Jakarta langsung bereaksi, mengirimkan fax ke sejumlah media massa (02 Jun 2008). Isinya, mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan oleh sebagian anggota FPI terhadap puluhan anggota masyarakat yang menghadiri undangan Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (detikcom 03 Jun 2008).

Menurut penilaian Soeripto, anggota Fraksi PKS di DPR, pernyataan Kedubes AS itu sebagai bentuk campur tangan AS dalam masalah dalam negeri (Republika 04 Jun 2008).

Bagi yang paham, pernyataan sikap Kedubes AS tidak hanya ditafsirkan sebagai adanya intervensi, tetapi menunjukkan indikasi adanya keterlibatan AS di dalam insiden Monas.

Artinya, pernyataan sikap itu merupakan bentuk tanggung jawab sang pemberi tugas terhadap anak buahnya yang terluka parah di lapangan Monas. Ini indikasi pertama.

Sebelum menyelenggarakan “aksi damai” tanggal 01 Juni 2008, aktivis AKKBB memasang iklan di beberapa media nasional, antara lain di Kompas edisi 30 Mei 2008 halaman 18, dan sebelumnya di harian Media Indonesia 26 Mei 2008 halaman 13.

Selain berisi ajakan untuk menghadiri apel akbar di Monas (Jakarta), 1 Juni 2008 jam 13-16 WIB, iklan tersebut memuat sejumlah nama (hampir 300-an nama) yang sebagiannya dapat dikenali sering mondar-mandir ke Kedubes AS di Jakarta, bahkan sejak masa Orde Baru, terutama menjelang kejatuhan Soeharto. Bila pada masa Soeharto mereka-mereka ini membawa bendera berbau demokrasi, pada masa reformasi mereka sebelum akhirnya tergabung ke dalam AKKBB, nama-nama itu bisa kita temukan pada iklan anti RUU APP. Orangnya itu-itu juga. Ini indikasi kedua.

Indikasi ketiga, bisa ditemukan pada materi iklan yang halus namun provokatif, seolah-olah benar namun keliru secara mendasar. Selengkapnya sebagai berikut:

MARI PERTAHANKAN INDONESIA KITA!
Indonesia menjamin tiap warga bebas beragama. Inilah hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi. Ini juga inti dari asas Bhineka Tunggal Ika, yang menjadi sendi ke-Indonesia-an kita. Tapi belakangan ini ada sekelompok orang yang hendak menghapuskan hak asasi itu dan mengancam ke-bhineka-an. Mereka juga menyebarkan kebencian dan ketakutan di masyarakat. Bahkan mereka menggunakan kekerasan, seperti yang terjadi terhadap penganut Ahmadiyah yang sejak 1925 hidup di Indonesia dan berdampingan damai dengan umat lain. Pada akhirnya mereka akan memaksakan rencana mereka untuk mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila, mengabaikan konstitusi, dan menghancurkan sendi kebersamaan kita. Kami menyerukan, agar pemerintah, para wakil rakyat, dan para pemegang otoritas hukum, untuk tidak takut kepada tekanan yang membahayakan ke-Indonesia-an itu.

Marilah kita jaga republik kita.

Marilah kita pertahankan hak-hak asasi kita.

Marilah kita kembalikan persatuan kita.

Jakarta, 10 Mei 2008

ALIANSI KEBANGSAAN untuk KEBEBASAN BERAGAMA dan BERKEYAKINAN



Bagi yang terbiasa berkutat di bidang propaganda, materi iklan di atas, mengandung beberapa clue yang mengarah ke pihak ketiga. Sayang sekali penjelasan rinci berkenaan dengan clue tersebut tidak dapat diuraikan di sini.

Selain itu, pada materi iklan itu jelas mengandung berbagai kekeliruan yang mendasar. Pertama, Indonesia memang menjamin setiap warganya bebas menjalankan ajaran agamanya, namun bukan berarti setiap orang bebas membajak agama yang sudah ada.

Kedua, persoalan Ahmadiyah adalah persoalan akidah umat Islam, bukan hak asasi manusia. Bila mau dikaitkan dengan hak asasi, maka justru umat Islam yang hak asasinya dilanggar, karena sebagai warga negara umat Islam berhak mendapatkan ajaran Islam yang murni, berhak menjaga agamanya dari rong-rongan pemalsu agama, termasuk dari kaum anti agama. Oleh AKKBB, dibelokkan menjadi “memaksakan rencana untuk mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila, mengabaikan konstitusi, dan menghancurkan sendi kebersamaan…” Artinya, pengusung anti Ahmadiyah dikatakan mau makar. Ini jelas tuduhan keji, finah tanpa dasar. Ini provokasi!

Ketiga, Ahmadiyah Qadiyan (JAI) sudah berada di sini sejak 1925, sedangkan Ahmadiyah Lahore empat tahun kemudian (1929). Di tahun 1936 Bung Karno (calon presiden pertama RI) pernah menuliskan sikapnya terhadap Ahmadiyah. Ia menyatakan, dirinya bukan anggota Ahmadiah, dan mustahil ikut mendirikan cabang Ahmadiah atau menjadi propagandisnya. Pernyataan itu disampaikan Bung Karno sebagai reaksi atas sebuah tulisan yang mengatakan bahwa BK adalah anggota JAI dan turut mendirikan salah satu cabang JAI di Sulawesi.

Di tahun-tahun itu (1925, 1929 dan 1936) belum ada Indonesia, karena proklamasi kemerdekaan RI baru terjadi pada tahun 1945. Di alam kemerdekaan, presiden pertama Republik Indonesia pernah melarang Ahmadiyah. Menurut Ridwan Saidi, pada zaman Bung Karno ada beberapa gerakan yang dilarang termasuk Ahmadiyah.

Apa Kepentingan Amerika Serikat?

Sudah jelas, AS ingin Indonesia tetap utuh berupa NKRI yang sekuler, sehingga tetap bisa dihisap sumber daya alamnya.

Namun demikian, AS tidak mau Islam di Indonesia kuat dan bersatu-padu. Jangankan terhadap kelompok Islam yang mengusung penegakkan syari’ah, bahkan terhadap kelompok Islam yang mengusung bid’ah pun, AS enggan membiarkannya kuat dan utuh bersatu.

Kalau Islam pengusung bid’ah ini utuh bersatu dan kuat, bukan mustahil di dalam diri mereka akan tumbuh nasionalisme sempit (ashobiyah), sehingga mendorong mereka mendirikan negara tersendiri di ujung timur pulau Jawa, karena di sanalah “ibukota negara” pengusung bid’ah itu berada. Potensi disintegrasi ini dicegah dengan menciptakan koflik tak berkesudahan di dalam tubuh mereka.

Oleh karena itu, bisa dimengerti bila dari komunitas itu sering timbul perselisihan internal. Bikin partai, pengurus partainya ribut. Kelompok kyainya ribut, ada yang mendukung Ahmadiyah, ada yang menentang. Dulu di tahun 1960-an, sebagian komunitas pengusung bid’ah ini ada yang pro komunis, namun ada pula yang menolak.

Ketika komunisme sedang jaya-jayanya di pelatran politik nasional, di kawasan para pengusung bid’ah ini banyak yang ikut masuk komunis. Namun ketika komunis surut dan cenderung diberangus, dari kalangan mereka pulalah yang paling getol membunuhi pengikut komunis. Seperti jeruk makan jeruk. <<---- gw banget istilahnya -aiN.

Di tahun 1980-an, ada sebagian dari masyarakat pendukung bid’ah ini yang mendesak keluar dari parpol tertentu, namun ada pula yang berkeras bertahan di parpol tersebut. Maka, mereka pun ribut di antara sesamanya.

Mengapa ormas pengusung bid’ah itu ribut terus? Karena antek AS yang kalau jalan harus dituntun itu, masih eksis dan menjiwai ormas itu. Meski pernah terbukti berzinah dan menghina Al-Qur’an, namun karena tipikal pendukungnya yang emosional dan taqlid buta itu, maka keberadaan sang antek terus tegak, kesalahannya sebesar apapun tak tampak, apalagi ditunjang kekuatan adidaya. (AS-aiN)

Musuh Peradaban
Ketika komunisme masih berjaya, terutama di kawasan Rusia dan Cina, maka AS dan umat Islam dunia menjadikannya sebagai musuh bersama. Ketika komunisme sudah tumbang, maka yang kemungkinan terjadi adalah pertempuran dua peradaban: antara Islam dan Barat (Kristen).

Untuk mencegah adanya benturan langsung di antara dua peradaban itu, maka perlu dibangun neo komunisme sebagai bumper. Bila komunisme lama adalah anti imperialisme dan anti kapitalisme, maka neo komunisme karena dilahirkan dari Barat yang kapitalis, jadinya komunis yang pro kapitalis dan pro imperialis. Neo komunisme ini tidak frontal terhadap Islam.

Dalam rangka menciptakan bumper tadi, AS memanfaatkan potensi-potensi yang ada, bahkan menciptakan agen-agen yang berasal dari negara itu sendiri. Misalnya, memberi pendidikan gratis atau dengan beasiswa bagi pemuda-pemudi, sarjana-sarjana dari Indonesia untuk meraih gelar doktor di bidang keagamaan. Dari sini kita bisa temukan sosok seperti Harun Nasution, Mukti Ali, Daoed Joesoef, Syafii Maarif, Nurcholish Madjid, hingga generasinya Ulil bshar Abdalla.

Meski mereka mendalami Islam, namun karena gurunya adalah orang-orang kafir yang menjadikan Islam hanya sebagai ilmu, bukan syariat yang harus diimplementasikan, maka yang terjadi adalah orang-orang yang mengerti Islam namun orientasinya berbeda. Para lulusan Barat ini cenderung menyampaiksan Islam dengan tujuan membingungkan, memurtadkan, membuat orang ragu-ragu, atau bahkan menilai salah ajaran agamanya sendiri.

Dari mereka inilah lahir pemikiran-pemikiran yang berbobot kufur, dan kemudian dimanfaatkan oleh para generasi komunis muda untuk dijadikan landasan bahkan mesiu memerangi Islam. Generasi muda komunis ini tidak sungkan-sungkan masuk ke perguruan tinggi seperti UIN atau IAIN untuk tujuan yang sangat jelas. Maka tidak heran bila dari perguruan tinggi Islam seperti itu lahir jargon-jargon ateisme seperti “Kawasan Bebas Tuhan ” atau “Anjinghu Akbar” dan sebagainya.

Kiprah para generasi muda dan tua neo komunis ini bersinergi dengan para penganut sepilis tentunya amat sangat merepotkan umat Islam yang konsisten dengan perjuangan menegakkan syariat Islam. Karena repot menghadapi para neo komunis dan sepilis ini, maka konsentrasi dan energi umat Islam tidak fokus kepada upaya penegakkan syari’at Islam. Pada saat seperti inilah fungsi penganut neo komnis dan pengusung sepilis sebagai bumper yang mencegah terjadinya benturan peradaban antara Barat yang Kristen dengan Islam.

AS dan Barat pada umumnya, harus terus meghidupkan bumper-bumper tadi, sehingga Islam tidak leluasa menjadi kekuatan alternatif bagi peradaban dunia. Sosok-sosok seperti Syafii Maarif hingga Zuhairi Misrawi (sosok yang lebih muda dari Ulil) akan terus mendapat pasokan berarti hingga eksistensinya terjaga, sampai batas waktu yang tak tertentu.

Penganut neo komunis dan sepilis itu kini bergabung ke dalam AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan). AKKBB sesungguhnya hanyalah sampul yang bagus untuk isi yang buruk.

Mereka menampilkan diri dengan bungkus kebangsaan, padahal menjalankan agenda asing yang anti Islam. Mereka tampil dengan bungkus kebebasan beragama, namun yang mereka musuhi justru umat beragama (Islam) yang konsisten dengan penegakkan syari’ah Islam. Mereka tampil dengan bungkus yang seolah-olah santun, namun terus memprovokasi, memfitnah, menuding-nuding dengan sebutan-sebutan yang menghinakan melalui berbagai tulisan dan pernyataannya (lihat berbagai tulisan di Media Indonesia, Kompas, Jawa Pos, Pikiran Rakyat, dan berbagai situs seperti The Wahid Institute dan situs JIL).

Bila dari sejumlah hampir 300 nama yang tercantum di dalam iklan AKKBB di berbagai media massa itu diklasifikasikan, setidaknya dapat dibuat penggolongan sebagai berkut:

a. Ada yang tergolong sebagai pengikut dan pelaksana aktif perilaku seks bebas.
b. Ada yang tergolong penganut sepilis (sekularisme, pluralisme dan liberalisme).
c. Ada yang penganut neo komunisme dan anti agama.
d. Ada yang tergolong sebagai pendukung kesesatan.
e. Ada yang tergolong sebagai antek asing dengan berkedok kebangsaan dan hak asasi manusia.

Ketika terjadi insiden Monas 01 Juni 2008, menurut pembuktian FPI dan TPM (Tim Pembela Muslim), AKKBB memulai insiden dengan memprovokasi FPI dan Laskar Islam pimpinan Munarman dengan meledeknya sebagai laskar kafir. Bahkan ada yang memuntahkan peluru dari pistol yang dibawanya, sehingga massa FPI dan Laskar Islam bukannya takut malah berang dan balas menyerang secara fisik.

Dari tabiat AKKBB yang seperti itu, maka tak heran bila sebagian masyarakat mengartikan AKKBB sebagai Aliansi Keluarga Komunis Baru Bersenjata. Oleh karena itu, yang harus dibubarkan pemerintah adalah kelompok seperti ini, yang pura-pura santun namun terus memprovokasi dengan berbagai pernyataan dan tulisan, dalam rangka memancing pihak tertentu untuk melakukan kekerasan.

Irfan S. Awwas
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin


Bangkitnya Komunis Berjubah Islam

Bangkitnya Komunis Berjubah Islam

Katagori : Counter Liberalisme
Oleh : Redaksi 02 Jun 2006 - 4:10 pm

Irfan S Awwas
Ketua Lajnah Tanfidziyah Majelis Mujahidin
ini penganut paham komunis di Indonesia, semakin berani tampil vulgar. Namun, tentu saja, mereka tidak punya nyali tampil telanjang sambil mengusung ideologi komunis, karena mereka tahu, akan segera dilibas oleh kekuatan Islam. Mereka menggunakan siasat lain, yaitu melakukan pola mimikri (menyamar) dengan mengenakan jubah Islam.

Kader-kader neo-PKI banyak yang masuk ke perguruan tinggi Islam semacam IAIN atau UIN. Dari dalam, mereka mengacak-acak Islam, melakukan pembusukan ideologi dengan dalih liberalisasi dan pembaharuan pemikiran Islam. Padahal, sesungguhnya mereka membawa misi de-Islamisasi (pendangkalan aqidah) dan pemurtadan. Yang terjebak ke dalam barisan ini, tidak saja mereka yang berstatus mahasiswa, tetapi juga dosen bahkan pimpinan PT tersebut.

Oleh karena itu, wajar saja bila dari perguruan tinggi Islam seperti itu lahir seruan untuk "bertakbir" dengan lafaz anjinghu akbar dan berbagai kesesatan lainnya seperti pernyataan 'kawasan bebas tuhan' dan 'tuhan telah mati'. Bahkan, ada dosen yang karena berpendirian bahwa Alquran (secara fisik) adalah makhluk, maka tidak apa-apa bila diinjak-injak. Lafaz Allah yang ditulisnya sendiri di atas secarik kertas, kemudian diinjak-injak adalah bukan apa-apa.

Jika pelecehan demikian dilakukan terhadap kalam Allah, apakah dosen itu juga berani menginjak-injak bendera merah putih, yang juga makhluk ciptaan makhluk, namun diposisikan sebagai lambang negara? Pasti si dosen akan dicokok aparat berwenang. Apakah dosen itu juga berani menuliskan nama presiden RI di atas secarik kertas, kemudian menginjak-injaknya di depan umum? Pasti ia tidak berani, karena selain dipecat ia juga akan dibekuk aparat dengan tuduhan subversi atau teroris.

Neo-PKI tidak saja masuk ke dalam Perguruan Tinggi Islam, bahkan sudah sejak lama mereka menyusup ke dalam ormas Islam, dengan tampil sebagai generasi muda Islam yang melawan kejumudan (kebekuan) berpikir, mengusung liberalisme, dan inklusifisme. Mereka tidak akan berani tampil dengan wajah aslinya, sehingga umat Islam sering terkecoh, dan tidak secara langsung melibasnya. Bisa karena alasan aqidah, sesama Muslim dilarang saling memusuhi. Atau, alasan politis, tidaklah etis bertengkar sesama ormas Islam. Selain berpenampilan sebagai pemikir, mereka juga masuk ke laskar-laskar ormas Islam.

Maka, tidaklah mengherankan bila kemudian dari ormas Islam seperti itu, mencuat seruan dan tuntutan untuk membubarkan lembaga Islam lainnya. Ini, mengingatkan kita pada gaya PKI di zaman Soekarno dulu. Ketika itu, PKI sangat gencar mendesak Bung Karno untuk membubarkan Masyumi dan HMI yang dianggapnya tidak sejalan dengan jiwa revolusioner Bung Karno.
Aliansi dan konspirasi

Selain melakukan mimikri dengan mengenakan jubah Islam, mereka juga membangun aliansi dan konspirasi dengan tokoh atau elemen yang mengaku Islam, seperti Islam liberal, Islam moderat, maupun Islam warna-warni. Tema kebencian terhadap Islam dan umat Islam, disebarkan melalui cara penertrasi gerakan, termasuk melakukan hasutan dan adu domba di antara umat Islam.

Terhadap gerakan yang secara ideologis memiliki identitas Islam mereka beri label fundamentalis, Islam garis keras, dan yang paling baru preman berjubah. Sekalipun mereka berusaha menutupi identitas aslinya, dengan bersembunyi di balik jubah Islam, namun ciri-cirinya mudah dikenali, karena mereka tampil dengan gaya dan format lama, persis gaya PKI di masa orde lama.

Istilah preman berjubah pertamakali dipopulerkan Ahmad Syafii Maarif, dalam salah satu stasiun TV dalam rangka memperingati sewindu reformasi. Hadir dalam dialog tersebut antara lain Akbar Tanjung, Wiranto, Buyung Nasution. Ketika itu Syafii mengatakan --kalimat ini tidak terlalu persis: "Pada 2030 nanti Pancasila sebagai karya brilian Bung Karno harus sukses diamalkan, karena sekarang penentang Pancasila sudah tidak ada lagi setelah para preman berjubah kehilangan energi".

Bila istilah ini dilabelkan pada gerakan Islam yang bertujuan mengamalkan syariat Islam, tegas memberantas kemungkaran, jelas bukan ucapan manusia beradab. Sebab, para tokoh pejuang mengusir penjajah Belanda seperti Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Pangeran Hasanuddin, tampil mengenakan sorban dan jubah. Begitu pula Imam Bonjol, Syeikh Ahmad Syurkati, Teuku Umar, KH Syeikh Hasyim Asyari, mereka semua berpakaian jubah. Jangan lupa, Panglima Besar Soedirman selama masa gerilya mengenakan overcoat yang oleh pengikutnya disebut jubah. Nah, bagaimana Ahmad Syafi Maarif menilai dan memposisikan orang besar seperti itu?
Contoh kasus

Sikap biadab yang sama, ternyata diwarisi juga oleh seseorang yang mengklaim diri kelompok Aliansi Anti Kekerasan, Taufiq, dan artis Rieke Dyah Pitaloka. Dalam dialog di Metro TV dengan Fauzan Al Anshari, Taufiq secara kasar menyebut Majelis Mujahidin, Hizbuttahrir, dan Front Pembela Islam, sebagai kelompok preman berjubah. Hal ini dikemukakan terkait dengan dengan kasus Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Purwakarta, akhir Mei 2006 lalu.

Kasus Purwakarta, yang oleh Aliansi Anti Kekerasan dikatakan akibat pengusiran Gus Dur --tapi Gus Dur sendiri membantah diusir-- seharusnya dilihat secara proporsional. Bila Gus Dur bebas mengemukakan pendapat, bahwa Alquran merupakan Kitab Suci paling porno, maka aktivis Majelis Mujahidin, HTI, dan FPI yang mendebat Gus Dur dalam suatu forum debat publik, juga harus diterima sebagai bagian dari kebebasan berekspresi. Terlepas, apakah cara yang dilakukan aktivis Mujahidin, HTI, dan FPI tadi tidak menyenangkan sejumlah orang, itu lain perkara.

Pelecehan terhadap Alquran yang bersumber dari pernyataan Gus Dur disitus JIL, dan dipublikasikan melalui koran Duta Masyarakat, Jawa Timur, 6 April 2006, dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu yuridis dan syariat Islam. Secara yuridis, pihak-pihak yang merasa dirugikan bisa menempuh jalur hukum yang berlaku. Sedangkan menurut syariat Islam, kepada Gus Dur diminta untuk bertobat, bila menolak, maka dia berhak dikenakan hukuman pidana Islam.

Dalam peristiwa di Purwakarta, beserta rentetan demonstrasi berikutnya, termasuk demonstrasi menentang RUU APP, justru harus diwaspadai, adanya ancaman gerakan komunis. Dahulu, PKI selalu melontarkan penghinaan dan pernyataan yang bernada memusushi Islam dan umat Islam. Misalnya, 'shalat itu celaka' kata mereka dengan memenggal ayat Alquran. Mereka menganggap pornografi sebagai seni, bahkan mendudukkan Alquran (kitab suci yang paling dimuliakan umat Islam) sebagai kitab suci paling porno. Ada lagi, agama dipandang tidak pantas mengatur negara, tapi negara yang mengatur agama. Orang yang menuduh umat Islam sebagai pereman berjubah adalah jelas-jelas manusia berperangai komunis.

Pola kerja PKI di zaman orde lama, memiliki ciri tertentu, antara lain menganggap orang-orang di luar kemunitasnya sebagai picik, berkepala batu, bahkan sesat. Mereka senang membuat kekacauan yang tidak jelas sasarannya, seperti menggulingkan gerbong kereta api, membakar gedung pemerintah, menyebar isu SARA, atau menculik lawan politiknya. Tujuannya, untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan horizontal.

Selain itu, bila di antara anggotanya tertangkap atau dipenjara, mereka jarang memberi pembelaan secara terus terang, bahkan membiarkannya menanggung risiko sendirian. Mereka tidak memiliki solidaritas perjuangan. Adalah tugas kita bersama untuk senantiasa waspada, dan membersihkan elemen-elemen neo-PKI yang sudah sejak lama ngendon di negeri ini

Jangan Lupakan Sejarah PKI !


Upaya-upaya menghilangkan jejak hitam komunis Indonesia sedang dilakukan. Para tokoh komunis yang sudah dibebaskan, memasang strategi pembalikan fakta. Salah satunya menghilangkan sejarah komunis dari ingatan pelajar dan mahasiswa, agar generasi muda selanjutnya tidak kenal lagi kekejaman partai terlarang ini.

Setelah sukses menyusup ke berbagai organisasi, LSM, dan parpol, kini komunis Indonesia mulai menggarap dunia pendidikan. Dengan lobi-lobi dan strategi mereka berhasil menghapus kata PKI dalam buku pelajaran Sejarah kurikulum 2004 untuk SD, SMP dan SMA. Dalam buku tersebut, nama PKI tidak dicantumkan dalam pemberontakan G 30 S 1965 dan pemberontakan Madiun 1948. Jelas ada upaya strategis untuk mengkaburkan sejarah PKI di Indonesia. Ini merupakan satu bukti bahwa ada usaha yang terus-menerus dan sistematis untuk menghidupkan kembali ideologi terlarang tersebut.

Memang, bila kita cermati, lambat-lambat masyarakat kita terutama generasi muda mulai melupakan sejarah kekejaman komunis di Indonesia. Dulu, ketika disebut bulan September, ingatan kita tertuju pada peristiwa pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965. Sebab, setiap bulan September datang, media massa dan Televisi mengangkat tema sejarah pemberontakan tersebut dengan beragam kemasan acara. Upacara peringatan dan pemutaran film PKI menjadi pengingat akan kekejaman komunis di Indonesia.

Tapi, acara-acara seperti itu kini kurang menggema dan bahkan tidak ada. Akibatnya kita pun kadang lupa sejarah komunis di Indonesia. Keadaan ini harus dihentikan, sebab bila terus berlangsung, generasi penerus tidak mengenal lagi PKI, komunisme dan kekejamannya.

Terlepas dari pro dan kontra konspirasi di balik pembunuhan jenderal pada September 1965, PKI telah terbukti melakukan tindakan kejam untuk mengkudeta negara. Pembunuhan terhadap tokoh masyarakat, ulama dan kyai telah nyata dan jelas dilakukan oleh PKI. 

Bukti-bukti kekejaman komunis tersebut tidak boleh dilupakan terutama siswa-siswa sekolah. Oleh karena itu, langkah Kejaksaan Agung yang menarik buku-buku pelajaran itu yang tertuang dalam UU No.16/2004 tentang Kejaksaan.

harus didukung. Selanjutnya pihak Mendiknas merevisi buku sejarah tersebut. \"Kita mengadakan kajian dengan tim yang terdiri atas Pusat Perbukuan Depdiknas, Kejaksaan, Kepolisian, BIN serta BAIS. Kesimpulan tim, buku itu tidak memuat sejarah sebagaimana mestinya, menghilangkan fakta-fakta sejarah yang harus diketahui oleh anak didik. Itu harus dilarang,\" kata Jaksa Agung seperti dimuat dalam antaranews.com.

Meski telah dilarang beredar, buku-buku itu masih ada yang dipegang siswa jadi bahan bacaan – meski secara resmi tidak boleh menjadi bahan ajar. Masih beredarnya buku pelajaran sejarah itu tidak boleh didiamkan. Sebab anak-anak akan termakan isu-isu pelurusan sejarah.

Isu pelurusan sejarah, memang telah dikampanyekan komunis-komunis muda. Hampir di toko-toko buku besar tersebar buku-buku \"kiri\" yang berbau komunis. Mulai dari buku pergerakan, ideologi, dan sejarah. Sehingga setelah membaca buku tersebut, pembaca digiring untuk menilai bahwa seakan mereka berada di pihak yang tertindas dan difitnah.
(Sumber: Majalah Mafahim)

http://pejuangislam.com/main.php?prm=berita&var=detail&id=70

Mengenang Partisipasi Politik Banser 1965 Menumpas Makar PKI 1 Oktober 1965

Mengenang Partisipasi Politik Banser 1965
Menumpas Makar PKI 1 Oktober 1965
Oleh Agus Sunyoto *
____________________________________________________

Aksi sepihak yang dilakukan PKI berpuncak pada pembunuhan atas Pelda Sudjono di Bandar Betsy. Dengan menggunakan cangkul, linggis, pentungan, dan kapak sekitar 200 orang BTI membantai perwira itu. Pembantaian terhadap anggota militer itu mendapat reaksi keras dari Letjen A Yani. Tokoh-tokoh PKI yang mendalangi kemudian diproses secara hukum. Namun hal itu makin menambah keberanian PKI dalam melakukan aksi sepihak. Keberanian PKI dalam melakukan aksi sepihak, ditunjukkan dalam aksi yang lebih berani yakni menduduki kantor kecamatan Kepung, Kediri. Camat Samadikun dan Mantri Polisi Musin, melarikan diri dan meminta perlindungan Ketua Ansor Kepung yaitu Abdul Wahid. Untuk sementara, kantor kecamatan dipindah ke rumah Abdul Wahid. Dan sehari kemudian, sekitar 1000 orang Banser melakukan serangan ke kantor kecamatan untuk merebutnya dari kekuasaan PKI. Hanya dengan bantuan Gerwani, ratusan PKI yang menguasai kantor itu bisa lolos dari sergapan Banser. PKI juga telah mulai berani membunuh tokoh PNI. Ceritanya, di desa Senowo, Kenocng, Kediri, tokoh PNI bernama Paisun diculik PKI desa Botorejo dan Biro. Keluarganya lapor kepada Ansor. Waktu dicari, mayat Paisun ditemukan di WC dengan dubur ditusuk bambu tembus ke dada. Banser dibantu warga PNI menyerang para penculik. Tokoh-tokoh PKI dari Botorejo dan Biro dibantai. Malah dalang PKI bernama Djamadi, dibantai sekalian karena menjadi penunjuk jalan PKI. Juni 1965, Naim seorang pendekar PKI desa Pagedangan, Turen, malang menantang Banser sambil membanting Al-Qur'an. Naim dibunuh Samad. Mayatnya dibenamkan di sungai.

KUDETA 1 OKTOBER 1965
Tanggal 1 Oktober 1965 mulai pukul 03.30 sampai 05.00, gerakan makar PKI yang dipimpin oleh Letkol Untung menculik para Jenderal AD yang difitnah sebagai anggota Dewan Jenderal. Letjen Ahmad Yani, Brigjen DI Panjaitan, Mayjen Soetoyo, Mayjen Soeprapto, Brigjen S. Parman, dan
Mayjen Haryono MT mereka culik dan bunuh (Puspen AD, 1965: 9-10). Sekalipun aksi itu terjadi 1 Oktober 1965, PKI menamakan aksinya itu dengan nama "Gerakan 30 September". Tanggal 1 Oktober itu juga, Letkol Untung menyatakan bahwa kekuasaan berada di tangan Dewan Revolusi. Untung juga menyatakan kabinet demisioner. Pangkat para jenderal diturunkan sampai setingkat letnan kolonel, dan prajurit yang mendukung Dewan Revolusi dinaikkan pangkat satu sampai dua tingkat. Aksi sepihak Letkol Untung yang menculik para jenderal dan membentuk Dewan Revolusi serta mendemisioner kabinet, jelas merupakan upaya kudeta. Sebab dalam Dewan Revolusi itu tidak terdapat nama Presiden Soekarno. Kabinet yang didemisioner pun adalah kabinet Soekarno. Dan
enderal-jenderal yang diculik pun adalah jenderal-jenderal yang setia pada Soekarno. Bahkan Jenderal A.H. Nasution, adalah jenderal yang pernah ditugasi Soekarno untuk menumpas PKI dalam pemberontakan di Madiun 1948. Menghadapi aksi sepihak Letkol Untung, tanggal 1 Oktober 1965 itu juga PBNU mengeluarkan pernyataan sikap untuk mengutuk gerakan tersebut. Pada 2 Oktober1965, pimpjna muda NU, Subchan Z.E., membentuk Komando Aksi Pengganyangan Kontra Revolusi Gerakan 30 September disingkat KAP GESTAPU yang mengutuk dan mengganyang aksi kudeta 1 oktober 1965 itu. Tanggal 2 Oktober itu pula Mayjen Sutjipto, Ketua Gabungan V KOTI, mengundang wakil-wakil ormas dan orpol yang setia pada Pancasila ke Mabes KOTI di Jl Merdeka Barat. Rapat kemudian memutuskan untuk secara bulat berdiri di belakang Jenderal Soeharto dan Angkatan Darat (O.G. Roeder, 1987: 48-49). Sementara di Kediri, tanggal 2 Oktober 1965 sudah tersebar pamflet-pamflet yang menyatakan bahwa dalang di balik peristiwa 1 Oktober 1965 adalah PKI.

BENTROK BANSER VS PKI
10 Oktober 1965, sekalipun PKI menyatakan bahwa peristiwa 1 Oktober yang dinamai 'Gerakan 30 September' itu adalah persoalan intern AD dan PKI tidak tahu-menahu, anggota Banser di kabupaten Malang mulai menurunkan papan nama PKI beserta ormas-ormasnya. Hari itu juga, okoh-tokoh PKI di daerah Turen mulai diserang Banser dan dibunuh. Di antara tokoh PKI yang terbunuh saat itu adalah Suwoto, Bowo, dan Kasiadi. Palis, kawan akrab Bowo, karena takut dibunuh Banser malah bunuh diri di kuburan desa Pagedangan. 11 Oktober 1965, Banser beserta santri dari berbagai pesantren di Tulungagung menyerang PKI di kawasan Pabrik Gula Mojopanggung. Sekitar 3 ribu orang PKI yang sudah bersiaga dengan senjata panah, kelewang,
tombak, pedang, clurit, air keras, dan lubang-lubang di dalam rumah, berhasil dilumpuhkan. Tanpa melakukan perlawanan berarti, pasukan PKI itu ditangkapi Banser dan disembelih. Para anggota Banser dan santri yang usianya sekitar 13 - 16 tahun itu, berhasil melumpuhkan para jagoan PKI.
Pada 12 Oktober 1965, sekitar 3 ribu orang anggota Banser mengadakan apel di alun-alun Kediri. Setelah apel usai, mereka bergerak menurunkan papan nama PKI beserta ormas-ormasnya di sepanjang jalan yang mereka lewati. Di markas PKI di desa Burengan, telah siaga sekitar 5 ribu orang PKI dengan bermacam- macam senjata. Iring-iringan Banser yang dipimpin Bintoro, Ubaid dan Nur Rohim itu kemudian dihadang oleh PKI. Terjadi bentrokan berdarah dalam bentuk tawuran
massal. Sekitar 100 orang PKI di sekitar markas itu tewas. Sementara, di pihak Banser tidak satupun jatuh korban. Dalam peristiwa itu, Banser mendapat pujian dari Letkol Soemarsono, komandan Brigif 6 Kediri karena kemenangan mutlak Banser dalam tawuran massal itu. Pada 13 Oktober 1965, sekitar 10 ribu orang PKI di kecamatan Kepung, Kediri, melakukan unjuk kekuatan dalam upacara pemakaman mayat Sikat tokoh PKI setempat yang tewas dalam peristiwa di Burengan. Mereka menyatakan akan membalas kematian para pimpinan mereka. Dan sore hari, dua orang santri dari pondok Kencong yang pulang ke desanya di Dermo, Plosoklaten, dicegat di tengah jalan. Seorang dibunuh. Tubuh dicincang. Seorang dikubur hidup-hidup. Kematian dua orang santri yang masih remaja itu, membuat Banser marah. Tapi mereka belum berani menyerbu ke desa Dermo, karena kedudukan PKI di situ sangat kuat. Akhirnya, Banser setempat meminta bantuan Banser
dari pondok Tebuireng, Jombang. Dengan kekuatan lima truk, Banser
Tebuireng masuk ke desa Dermo. Truk mereka diberi tulisan BTI singkatan dari Banser Tebu Ireng. Rupanya, PKI menduga bahwa BTI itu adalah Barisan Tani Indonesia yang merupakan ormas mereka. Walhasil, bagaikan siasat "kuda Troya", pertahanan PKI di desa Dermo dihancurkan dari dalam. Pertarungan antara Banser dengan PKI yang berakibat fatal bagi Banser adalah di Banyuwangi. Ceritanya, Banser dari Muncar yang umumnya dari suku Madura dikenal amat bersemangat mengganyang PKI. Itu sebabnya, pada 17 Oktober 1965, di bawah pimpinan Mursyid, dengan kekuatan tiga truk mereka menyerang kubu PKI di Karangasem. Di Karangasem, terjadi
bentrok berdarah setelah Banser tertipu dengan makana beracun. Dalam bentrokan itu 93 orang Banser gugur. Sisanya melarikan diri ke arah Jajag dan ke arah Cluring. Ternyata, Banser yang lari ke Cluring dihadang PKI di desa itu. Sekitar 62 orang Banser dibantai dan dimakamkan di tiga lubang dekat kuburan desa. Pada 27 Oktober 1965, pemerintah mengeluarkan seruan agar masing-masing ormas tidak saling membunuh dan melakukan aksi kekerasan. Siapa saja yang melakukan penyerangan sepihak, akan diadili sebagai penjahat. Seruan itu dimanfaatkan oleh PKI. Mereka melaporkan anggota Banser yang telah membunuh keluarga mereka. Dan jadilah hari-hari sesudah 27 Oktober itu penangkapan dan pemburuan aparat keamanan terhadap Banser.

PENUMPASAN PKI
Dalam bulan November-Desember, setelah sejumlah pimpinan PKI seperti Brigjen Supardjo, Letkol Untung, Nyono, Nyoto, dan Aidit diberitakan tertangkap, makin terkuaklah bahwa perancang kudeta 1 Oktober 1965 adalah PKI. Saat-saat itulah pihak ABRI khususnya AD mulai melakukan
pembersihan dan penumpasan terhadap PKI beserta ormas-ormasnya. Dan tangan kanan yang digunakan oleh pihak militer itu adalah "anak didik" mereka sendiri dalam hal ini adalah Banser yang memiliki jumlah anggota puluhan ribu orang. Dalam suatu aksi penangkapan dan penumpasan PKI di Kediri, misalnya, pihak AD hanya menurunkan 21 personil. Sedang Banser yang dilibatkan
mencapai jumlah 20 ribu orang lebih. Dengan jumlah yang besar itu, diadakan operasi yang disebut "Pagar Betis" yakni wilayah kecamatan Kepung dikepung oleh Banser dalam jarak satu meter tiap orang. Dengan cara pagar betis itulah, PKI tidak dapat lolos. Sekitar 6000 orang PKI
tertangkap (kisah lengkap terdapat dalam buku saya berjudul "Banser Berjihad Menumpas PKI" 1996). Penangkapan besar-besaran juga terjadi di Banyuwangi, Blitar, Malang, Tulungagung, Lumajang dan kesemuanya melibatkan Banser. Mengenai keterlibatan Banser dalam menumpas PKI, itu Komandan Kodim Kediri Mayor Chambali (alm) menyatakan bahwa hal itu merupakan strategi ABRI yang ampuh. Sebab di tubuh Banser tidak tersusupi unsur PKI. Sementara
jika dalam penumpasan itu hanya ABRI yang dilibatkan, maka pihak ABRI sendiri belum bisa menentukan siapa lawan dan siapa kawan karena banyaknya anggota ABRI yang dibina PKI.
OPERASI TRISULA
Tahun 1968, ketika PKI sudah dibubarkan dan pengikutnya ditumpas, terjadi aksi-aksi kerusuhan di Blitar Selatan. Aksi- aksi kerusuhan yang berupa perampokan, penganiayaan, penculikan, dan pembunuhan itu selalu mengambil korban warga NU dan PNI. Sejumlah korban yang terbunuh, misalnya, Kiai Maksum dari Plosorejo, Kademangan. Sesudah itu Imam Masjid Dawuhan. Tokoh PNI yang terbunuh adalah Manun dari desa Dawuhan, kemudian Susanto Kepala Sekolah Panggungasri, dan Sastro Kepala Jawatan Penerangan Binangun. Puncaknya, 2 orang anggota Banser yang sedang jaga keamanan di gardu di bunuh. Para pimpinan Ansor Blitar melaporkan kecurigaan mereka kepada Komandan Kodim akan bangkitnya kembali kekuatan PKI di Blitar. Namun laporan itu tak digubris. Akhirnya, mereka menghubungi seorang aktivis Ansor yang menjadi Danrem Madiun yakni Kolonel Kholil Thohir. Oleh Kholil Thohir disiapkan 3 batalyon yaitu 521, 511, dan 527 untuk operasi yang diberi nama sandi "Operasi Blitar Selatan" . Namun
operasi berkekuatan 3 batalyon itu tidak mampu mengatasi gerakan gerilya PKI. Operasi kemudian diambil-alih oleh Kodam VIII/ Brawijaya yang menurunkan 5 batalyon yaitu 521, 511, 527, 513, dan 531 dengan Perintah Operasi No.01/2/1968. Namun operasi dari Kodam inipun kurang efektif. Akhirnya, setelah dievaluasi diadakan operasi besar-besaran dengan melibatkan semua unsur yakni kelima batalyon ditambah unsur-unsur lain termasuk 10 ribu orang hansip dan warga masyarakat
Blitar Selatan. Surat perintah operasi itu bernomor 02/5/1968. Dan penting dicatat bahwa 10 ribu orang Hansip itu adalah anggota Banser yang diberi pakaian Hansip. Dalam operasi terpadu yang diberi nama sandi "Operasi Trisula" itu, sejumlah tokoh PKI berhasil ditewaskan. Di antara mereka itu adalah Ir Surachman dan Oloan Hutapea. Sedang mereka yang tertangkap di antaranya adalah Ruslan Wijayasastra, Tjugito, Rewang, Kapten Kasmidjan, Kapten Sutjiptohadi, Mayor Pratomo, dan beratus-ratus anggota PKI yang lain. Dan salah satu strategi operasi yang paling fektif dalam Operasi Trisula itu adalah "Pagar Betis" yang melibatkan 10.000 orang Banser ditambah warga masyarakat yang kebanyakan juga anggota Banser yang tidak kebagian seragam. Satu ironi mungkin terjadi dalam Operasi Trisula itu, yakni selama operasi itu berlangsung telah ditangkap sejumlah 182 orang anggota Kodam VIII/Brawijaya di antaranya berpangkat perwira yang ikut dalam operasi tersebut (Pusjarah ABRI, 1995, IV-B:101-108). Berdasar uraian singkat ini, dapat disimpulkan bahwa kelahiran Banser tidak terlepas dari peranan ABRI terutama AD dan Brimob yang ikut membidaninya. Itu sebabnya, keberadaan Banser sebagai paramiliter yang digunakan untuk membantu proses penumpasan PKI oleh ABRI memiliki nilai historis yang kuat, di mana semangat antikomunisme yang terkristalisasi dalam doktrin Banser itu dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu oleh pihak ABRI jika negara dalam keadaan terancam (habis)

PKI MALAM LEBIH BERBAHAYA: SEBUAH CATATAN

Oleh: Sulangkang Suwalu

Media Dakwah (No 292, Jumadil Akhir 1419 H/Okt 1998 M) memuat beberapa tulisan tentang komunisme, diantaranya "Gerakan Komunisme, PRD dan Forkot","Ini Baunya Adalah Bau PKI", "PKI Sekarang Lebih Berbahaya".
Menarik apa yang dikatakan KH Kholil Ridwan Lc (Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren se Indonesia) melalui wawancaranya dengan Media Dakwah,dengan judul "PKI Sekarang Lebih Berbahaya". Di dalamnya KH Kholil antara lain mengatakan:
"Sebenarnya memang selama ini kita tidak menyadari pada hakikatnya orang-orang komunis itu masih banyak di setiap lini geraknya. Yang istilahnya dulu PKI malam hari. Dimana gerakannya dilakukan secara underground atau bawah tanah, sehingga sulit ditelusuri jejak dan manuver-manuvernya. Gerakan itu kita rasa ada, tapi kita tidak bisa menunjuk hidung siapa dia sebenarnya. Setelah gerakan 30 S, kemudian PKI secara resmi dilarang, keberadaan PKI menjadi tidak jelas. Sebelum 30 S, PKI itu jelas, underbow-nya Pemuda Rakyat, BTI, Lekra dan sebagainya. Kalau dia show of force, ada tantangan buat kita di PII, Banser dan lain-lain. Saya melihat tantangan yang jelas itu, sekarang tidak ada, sehingga kita cenderung pasif. Maka perlu menyadarkan umat Islam bahwa PKI malam itu lebih berbahaya...kan golongan PKI sekarang yang terkadang memakai bendera Islam, kadang pakai jilbab, tapi tahu-tahu dia komunis kiri."
Dengan kata lain KH Kholil Ridwan hendak mengatakan PKI yang legal kurang berbahaya dibandingkan dengan PKI yang underground, yang bekerja di bawah tanah. PKI yang legal gerak-geriknya dapat dilihat mata.

KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI YANG TINGGI

Apa kah fakta lain yang menunjang penilaian KH Kholil tersebut? Dalam Laporan Utama Media Dakwah di atas, antara lain dikatakan, "PKI boleh bubar atau dibubarkan pemerintah Indonesia. Uni Sovyet boleh runtuh dan berkeping-keping menjadi negara kecil. Tapi apakah komunisme sebagai sebuah paham politik, musnah? Jawabnya, tidak!"
Menurut Taufik Abdullah, "Salah satu strategi PKI yang terkenal ampuh mempengaruhi rakyat adalah tampilannya yang 'easy solution' terhadap berbagai persoalan." Artinya, menurut Taufik Abdullah, seakan-akan semua masalah bisa diselesaikan ketika persatuan di bawah pimpinan PKI.
Kata Taufik selanjutnya, "Salah satu keunggulan PKI adalah kemampuan berkomunikasi yang sangat tinggi. Kalau dilihat retorika politik PKI selama 1950-an, kita seakan-akan bertemu dengan PKI yang banyak. Karena di setiap daerah, waktu atau situasi, PKI akan memperkenalkan rumusan yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Satu-satunya landasan ideologis yang ditampilkan adalah penguasaan kata 'rakyat'. Rakyat adalah PKI, PKI adalah rakyat. Selebihnya setiap tokoh lokal bisa mengatakan apa saja. Penguasaan kata seperti itu adalah suatu strategi wacana PKI."
Keunggulan PKI seperti yang disimpulkan Taufik Abdullah tersebut, tentu juga akan dipergunakannya pula di kala bekerja di bawah tanah. Malah mungkin kualitasnya lebih tinggi lagi.

DILARANG, MAKIN DICARI

Tulisan Taufik Ismail yang berjudul "Ini Baunya Adalah Bau PKI", juga menunjang apa yang disimpulkan KH Kholil di atas bahwa PKI malam lebih berbahaya dari PKI legal. Inilah diantaranya yang dikatakan Taufik Ismail:
"Sekitar 6-7 tahun yang lalu," kata Taufik Ismail, "ketika itu masih dalam pemerintahan Orba, di rumah saya ketika itu anak angkat saya menyampaika bahwasannya di kalangan mahasiswa ada kelompok yang mempelajari Marxisme-Leninisme pada malam hari, mulai pukul 11 sampai pukul 1 malam. Dari pukul 8-11 mereka mempelajari bahan-bahan kuliah dan dari pukul 11-1 mereka mempelajari itu (Marxisme). Saya (mulanya) tidak bisa percaya. Waktu itu (kabar itu) adalah cerita yang fantastis, tidak masuk akal. Kemudian saya katakan apa iya, apa mungkin, itu kan dilarang oleh MPR dan dinyatakan sebagai ideologi yang tidak dapat disebar luaskan. Kemudian saya minta itu dibuktikan."
Kira-kira sebulan kemudian, datang lah bukti itu. Datanglah mahasiswa dengan membawa setumpuk diktat yang digunakan oleh kelompok tersebut. Diktat itu isinya adalah Manifesto Komunis dalam bahasa Indonesia terjemahan, kemudian riwayat hidup Mao Tse Tung, sebuah tulisan filsafat yang ditulis oleh Foyerbach. Dialah yang meletakkan dasar filsafat materialisme, kemudian dianut oleh Marx. Yang ketiga adalah bukunya Manipol Usdek, dalam satu tumpukan fotokopi, barangkali generasi keenam. Maksudnya sudah difotokopi, kemudian difotokopi lagi. Sehingga hurufnya sudah putus-putus, susah untuk membacanya. Kemudian baru saya percaya, hal itu terjadi. Tapi apa yang terjadi 4-5 tahun yang lalu itu, betul-betul tidak masuk akal."
"Apa sebabnya mereka membaca dengan tekun? Karena pertama-tama itu adalah ideologi yang dilarang. Karena sesuatu yang dilarang, anak-anak muda ingin tahu mengapa dilarang. Kemudian ingin tahu, membaca dan kemudian mereka mencari kesana kemari dapat lalu baca. Kelompok-kelompok itu kemudian tumbuh dan orang-orang PKI lama yang tidak seluruhnya belum tentu terbasmi itu, membina mereka, ikut dalam diskusi itu, mengarahkan dan seterusnya. Kemudian
saya lihat ini, kalau begini betul, apa yang dikatakan Amien Rais dalam bukunya 'Cakrawala Islam', ideologi yang semacam ini akan bertahan terus, strukturnya boleh diruntuhkan, bangunan organisasinya bisa dinyatakan terlarang, akan tetapi ideologi itu punya kaki yang banyak dan mereka berjalan kemana-mana." Demikian Taufik Ismail.
Ya, fakta yang dikemukakan Taufik Ismail ini menunjukkan kepada kita bahwa makin dilarang penyebaran Marxisme-Leninisme itu, makin dicari-cari dan dipelajari oleh generasi muda. Menurut logikanya, generasi muda tersebut tentu belum tentu akan mencari-cari dan mempelajari buku-huku
Marxisme-Leninisme, sekiranya tidak ada larangan penyebarannya.

ISU KOMUNIS GENERASI KE EMPAT DAN OTB

Karena sulitnya menelusuri jejak manuver-manuver politik PKI yang bekerja di bawah tanah, seperti dikatakan KH Kholil Ridwan di atas, maka Try Sutrisno selaku Pangab pada tanggal 16 November 1992, waktu apel Komandan-komandan Korem dan Kodim se Indonesia mengatakan, "Unsur-unsur komunis generasi keempat telah berusaha mengubah aksinya melalui jalur
konstitusional, yaitu dengan jalan memanfaatkan kelompok-kelompok tertentu melalui isu keterbukaan, demokratisasi, hak azasi manusia, lingkungan hidup, dikotomi sipil dan militer, pri non-pri, depolitisasi ABRI dan berbagai isu kekinian." (Kompas, 17/11)
Komunis generasi keempat yang dimaksud Try Sutrisno ini, tentu bukan kaum komunis yang telah ditahan belasan tahun tanpa proses hukum, tetapi adalah generasi baru komunis, yang lahir sesudah PKI dilarang. Keterangan Try Sutrisno itu mempunyai dua arti. Pertama, sebagai pengakuan bahwa sistem Orde Baru yang kapitalis, yang bersembunyi di belakang Demokrasi Pancasila dan UUD 1945 bukannya telah mematikan PKI, malah telah melahirkan komunis
generasi ke empat.
Ke dua, sebagai peringatan bagi kelompok-kelompok gerakan pro-demokrasi untuk jangan melanjutkan tuntutan keterbukaan, demokratisasi, hak azasi manusia dan sebagai, agar jangan sampai dicap pula sebagai komunis generasi ke empat. Bila peringatan itu tidak digubris oleh gerakan pro-demokrasi, mereka bisa ditindak, seperti ditindaknya PKI.
Yang jelas Try Sutrisno merasa ada gerakan komunis, tetapi tidak bisa menunjuk hidung siapa yang disebut komunis generasi keempat itu.Selanjutnya pada tahun 1995 karena gerakan pro demokrasi bergerak terus, tak mundur akan dicap sebagai komunis generasi keempat, maka Presiden Suharto melalui Haryono Isman meisukan OTB (Organisasi Tanpa Bentuk) yang
dilakukan door to door (dari pintu ke pintu) untuk menjejal mahasiswa dengan ajaran Marxisme.
Masyarakat menolak isu OTB tersebut, karena tak ada dasar, tak sesuai dengan logika umum. Jika organisasi, tentu ada bentukmya. Isu OTB tersebut dianggap hanya sebagai taktik dan intrik penguasa untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat, agar jangan berani-berani mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat penguasa. Isu OTB pun kemudian
melenyap. Setelah penyerbuan ke Kantor DPP PDI Megawati di Jl Diponegoro 27 Juli 1996, Menko Polkam Susilo Sudarman mengatakan: bila dulu masih bernama OTB, kini telah berbentuk PRD. PRD dianggapnya komunis. Dalam perkembangan di pengadilan, ternyata PRD bukan komunis. PRD kini pun legal. Kenyataan tersebut hanya menunjukkan betapa ngawurnya Susilo Sudarman yang mengatakan seperti itu.
MENGENAL KOMUNIS

Komunisme adalah sebuah aliran berfikir, berlandaskan kepada atheisme, yaitu tidak percaya kepada tuhan. Yang menjadikan materi sebagai asas segala-galanya, maka sering disebut sebagai materialisme. Ditafsirkannya sejarah berdasarkan pertarungan kelas dan faktor ekonomi. Aliran ini lahir di Jerman dibawah asuhan Marx dan Indirest, maka kemudian disebut sebagai Marxisme. Kemudian menjelma dalam bentuk revolusi di Rusia pada tahun 1917 M, awal berdirinya Uni Sovyet, dengan planning dari gerakan Yahudi. Lalu berkembang melakukan ekspansi dengan tangan besi dan kekerasan. Komunisme selalu menggunakan kekerasan walau kadang dia pakai demokrasi, namun hanya untuk sarana kalau belum memiliki kekuatan
Umat Islam di penjuru dunia banyak terluka dengan ideologi ini, karena jelas menentang tuhan. Dan banyak bangsa-bangsa yang hilang dari peredaran sejarah lantaran ulah aliran ini, terutama di negri-negri komunis, seperti Sovyet, juga Cina dan beberapa negara lain di Afrika. Kalau kita lebih mendalam lagi, siapa tokoh-tokoh mereka? Secara teoritis komunisme itu peletak dasarnya adalah Karl Marx. Dia seorang Yahudi berkebangsaan Jerman. Hidup pada tahun 1818 � 1883 M. Dia seorang cucu Yahudi terkenal bernama Murkoy Marx. Karl Marx adalah seorang yang egoistis, tidak punya prinsip yang jelas, pendendam dan materialistis. Karya-karya yang terkenal antara lain, Manifesto Komunis tahun 1848, Das Kapital 1767. Dalam membuat teorinya Karl Marx dibantu oleh Frederick Angel. Dia hidup 1820 � 1895. Dia yang membantu menyebarkan ajaran komunisme ini dan dialah juga yang membiayai hidup Karl Marx dan keluarganya hingga akhir hayat. Dari teman dekatnya ini (Angel), karya-karya yang ditulis antara lain, Asal Usul Keluarga, Orang-orang Khusus dan Negara, Dualisme Dalam Alam, Sosialisme Khurafat, dan Sosialisme Ilmiah.
Ada tokoh lain, Lenin. Dia yang melakukan revolusi berdarah di Rusia pada tahun 1917 M. Seorang diktator yang amat ditakuti. Tokoh ini berhati kejam, diktator dalam memaksakan pendapatnya dan dendam terhdap umat manusia. Ia lahir 1870 M dan meninggal 1924 M. ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa Lenin asal-usulnya seorang Yahudi, yang kemudian diganti dengan nama Rusia. Ia seorang Yahudi yang kemudian diganti dengan nama Rusia. Ia hampir mirip dengan Trotski. Dan Leninlah yang telah menjabarkan komunisme di dalam praktek nyata. Dia memiliki banyak buku pidato dan brosur, tapi di antara karangan yang sangat penting adalah yang dikenal dengan Bunga Rampai.
Tokoh lain dari gerakan komunisme adalah Yoseph Stalin, 1879 � 1954. Sekretaris partai komunis dan pemimpin tertinggi setelah Lenin. Dia terkenal dengan bengis, kejam, sadis, diktator, dan keras kepala. Dalam menyingkirkan lawan-lawannya dilakukan dengan cara pembantaian, pembunuhan, dan pembuangan. Dalam komunisme, yang tadinya kawan bisa jadi korban itu sudah biasa. Dari perilaku dan sikap membuktikan bahwa ia siap untuk mengorbankan seluruh rakyat demi kepentingan dirinya sendiri. Pernah suatu kali dia diperingatkan oleh istrinya sendiri, namun istrinya dibunuh .
Tokoh lain yang juga terkenal adalah Trotski. Lahir 1879. Dia mati dibunuh tahun 1940 M. Pembunuhan itu diotaki oleh Stalin. Dia juga seorang Yahudi dan mempunyai kedudukan penting di dalam partai. Kemudian dia dipecat dari partai karena dituduh melakukan hal-hal yang melawan kepentingan partai. Partai bagi komunisme adalah tuhan, artinya sesuatu yang wajib ditaati. Itu terjadi pada waktu Stalin berkuasa, karena dia ingin mendapatkan suasana yang pas untuk mengatur pemerintahannya itu. Doktrin-doktrin yang penting supaya kita mengenal komunis harus kita ketahui. Karena komunis ini tidak selalu gerakannya terbuka. Banyak terselubung. Terutama ketika dia masih memiliki kekuatan yang sedikit atau lemah. Jadi untuk mengenal komunisme tidak hanya dilihat dari zhahirnya saja, tapi juga jalan fikirannya. Meskipun seseorang tidak mengaku bahwa dia bukan komunis tapi kalau pikiran-pikirannya, perilakunya komunis, dia adalah seorang komunis. Misalnya doktrin yang penting itu adalah, mereka mengingkari wujud Allah dan segala yang ghaib, karena materialisme itu. Bahwa materi adalah asas segala-galanya. Iman mereka (kalau mau disebut iman) ada tiga; percaya kepada Marx, Lenin dan Stalin, dan mengkufuri tiga; mengkufuri Allah, Agama dan mengingkari hak milik pribadi. Doktrin yang lain, ditafsirkannya sejarah umat manusia dengan pertarungan antara kaum borjuis dan kaum prolitar. Kaum borjuis adalah kaum yang kaya dan prolitar adalah rakyat biasa. Pertarungan itu menurut mereka berakhir dengan kediktatoran kaum prolitar. Diperanginya agama karena diangggap sebagai racun masyarakat dan dianggap sebagai babunya kapitalis. Makanya di Indonesia dulu mereka membuat provokasi bahwa haji-haji adalah kaum borjuis. Karena umumnya mereka adalah orang-orang kaya. Jadi, babunya agama itu dianggap babunya kapitalis. Imperialis dan eksploitasi, atau gerakan-gerakan yang berorientasi pada eksploitasi karena menganggap agama dijadikan sebagai alat untuk mensihir orang, yang kemudian keuntungannya diambil oleh elit agama itu.

Kalau kita perhatikan, sesungguhnya gerakan-gerakan anti Islam atau gerakan anti tauhid itu ujung-ujungnya selalu Yahudi, kenapa? Karena yahudi itu jumlahnya tidak pernah bertambah atau pertambahannya sangat sedikit. Karena Yahudi itu adalah satu kelompok yang merasa ras paling tinggi dan dia selalu eksklusif. Jadi Yahudi itu adalah sebuah agama sekaligus bangsa. Sampai sekarang jumlah yahudi itu + 15 juta. Karena jumlahnya kecil dan mereka ingin survive terus, mereka melakukan gerakan-gerakan terselubung dalam berbagai model. Jadi orang-orang yahudi adalah bangsa yang tertindas dan butuh kepada agamanya untuk mendapatkan hak-haknya yang direbut oleh pihak lain. Padahal mereka itu tertindas sepanjang sejarah dan mereka diaspora karena kelakuannya sendiri. Oleh Syeikh Al Maroghi dalam satu bukunya bangsa yahudi itu adalah bangsa yang memiliki 75 sifat yang terjahat dan superlatif. Bangsa yang paling banyak membunuh nabi, paling banyak memakan riba, paling banyak mengutak-atik wahyu/kitab suci. Satu-satunya kitab suci yang tidak bisa ditakhrif adalah al Qur�an. Oleh karena itu musuh bebuyutan orang Yahudi adalah orang Islam, karena perilaku, karakter dan sejarah yahudi tidak bisa dipalsukan, tidak bisa diubah. Sedangkan di dalam injil, perilaku yahudi itu sudah diobrak-abrik oleh orang yahudi sendiri, sehingga orang nashoro tidak mampu melakukan perlawanan terhadap yahudi meskipun mereka tidak suka terhadap yahudi. Ketika mereka berdiaspora seluruh dunia itu dan dialah suku yang sampai hari kiamat akan survive, itu adalah bukti bahwa Allah SWT memperlihatkan bukti kepada umat manusia tentang kelakuan orang yahudi dengan segala karakternya itu.Bila kita melihat secara sosiologis, bangsa-bangsa atau suku-suku di dunia ini banyak yang hilang. Baik hilang karena tidak bisa bertahan atau berintegrasi dengan kelompok lain menjadi suku baru. Tapi untuk yahudi tidak.
Doktrin komunisme lainnya adalah dalam konteks moral. Dikatakan bahwa moral itu relatif, moral adalah sebuah akibat daripada alat-alat produksi. Doktrin yang lain, diperintahnya rakyat dengan tangan besi dan kekerasan. Tidak ada kesempatan bagi mereka untuk mengaktifkan daya berfikirnya. Negara adalah partai dan partai adalah negara, pemimpin politik pusat yang pertama dalam revolusi Volsfik terdiri dari 4 orang. Semua orang yahudi kecuali satu. Ini menunjukkan sejauh mana keterikatan antara komunisme dengan agama yahudi. Mereka mengatakan bahwa Al Qur�an disusun pada masa pemerintahan Utsman r.a. dan kemudian mengalami beberapa perubahan sampai abad ke-8. Dicapnya bahwa Al Qur�an adalah senjata untuk menebarkan candu bagi masyarakat.
Kaitannya dengan yahudi, komunisme tidak menyembunyikan langkah-langkah dan aktifitas yang dilakukan bersama orang-orang yahudi didalam mencapai tujuan mereka. Seminggu setelah revolusi, semenjak itu pula dikeluarkan sebuah keputusan yang mempunyai dua sisi kepentingan, untuk memenuhi kebutuhan dan hak orang yahudi. Pertama mereka mengatakan memerangi orang yahudi dianggap sama dengan memerangi bangsa kelas tertinggi dan harus dihukum oleh undang-undang, Kedua, pengakuan akan hak-hak orang Yahudi untuk mendirikan negaranya di Palestina. Marx mengatakan, bahwa dirinya telah berhubungan dengan filosof zionis, peletak dasar teori zionisme yaitu Mosehis. Wilayah-wilayah  yang berkembang gerakan komunisme antara lain adalah Sovyet, Cina, Cekoslowakia, Hongaria, Bulgaria, Polandia, Jerman Timur, Rumania, Yugoslavia, Albania dan Kuba. Yang masih kokoh sampai sekarang adalah Kuba, sedangkan di Sovyet dimana komunisme sudah 70 tahun itu sudah rontok. Pertanyaannya sekarang, apakah komunisme saat ini sudah mati? Sebagai sebuah ideologi tentu tidak akan mati.Karena akarnya yahudi, maka berbanding lurus dengan perkembangan ideologi-ideologi lain yang menjadi musuh atau saingannya. Bila ideologi musuhnya (Islam) itu melemah, maka komunisme akan menguat. Sebaliknya, bila Islam berkembang luas maka otomatis komunisme akan melemah.

Kasus 1
Dalam salah satu buku yang menceritakan tentang pemikiran Karl Marx, di sana diuraikan bahwasanya komunisme itu sebenarnya perpaduan antara pemikiran Karl Marx dengan Leninisme. Kemudian pada perkembangannya terpecah dan teori Karl Marx, ada yang moderat, radikal bahkan anarki. Semua berujung pada revolusi itu harus diciptakan atau juga revolusi akan tercipta dengan sendirinya, terjadi secara alami. Bagaimana sesungguhnya karakter pemikiran Karl Marx sehingga kita bisa mengidentifikasi seseorang itu adalah pengikutnya. Apakah kaitannya antara sosialisme dan komunisme.
Tanggapan
Komunisme mempunyai banyak madzhab, karena juga suatu ideologi yang tidak ada sumber tektualnya. Agama Islam saja yang sudah jelas sumber tektualnya, yaitu Al Qur�an dan Sunnah itu bermadzhab-madzhab. Namun dalam Islam secara ilmiah dapat dipahami, metodologinya dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan madzhab komunisme itu lebih karena karakter pemikirnya itu. Jadi terkait dengan karakter dan situasi historis yang menyertainya, dan juga lingkungan sosial. Maka berbeda antara komunisme di Sovyet, Kuba atau Cina. Padahal aslinya sumbernya sama. Namun, yang pasti apapun model ideologi dan model gerakannya semangat mereka adalah semangat materialisme.
Dari sudut agama yang membedakan komunisme dengan kapitalisme adalah akar sejarah lahirnya saja. Kapitalisme berasal dari Eropa yang masih ada nuansa agamanya. Sedangkan materialisme komunisme sudah tidak ada sama sekali. Sosialisme pun beragam. Ada sosialisme yang ekstrim, dekat dengan komunisme. Ada sosialisme yang sekedar sebagai suatu cita-cita bentuk masyarakat yang berkembang di beberapa negara Eropa, seperti negara kesejahteraan. Itu adalah sosialisme yang rasional, yang orientasinya masyarakat luas mendapatkan kesejahteraan tetapi tidak sampai mengesampingkan hak-hak pribadi. Dalam sejarahnya sosialisme dan komunisme belum pernah bisa dipraktekkan. Karena hanya sebagai landasan politik saja. Karena suatu pemikiran/ideologi yang tidak cocok dengan fitrah manusia dia akan hancur dengan sendirinya dari dalam, meskipun mungkin pada suatu zaman diyakini oleh sekelompok orang dan bisa dipraktekkan dengan paksa secara politis, tetapi tidak pernah bisa dipraktekkan secara real.

Kasus 2
Bila dilihat kondisi saat ini, bentuk-bentuk dari komunisme itu secara real tidak akan diterima oleh kalangan masyarakat, muslim khususnya, karena kondisi sejarah yang telah membuktikan. Ada bentuk lain dari komunisme, yaitu sosialisme demokrat. Dimana mereka menggunakan amitarisme demokrasi dalam upaya penanaman komunisme dalam bentuk yang lain. Diantaranya membentuk suatu partai. Karena dengan demikian maka sistem nilai komunisme yang mereka gunakan akan lebih sesuai dengan iklim demokrasi yang ingin dibentuk di Indonesia. Bagaimana pandangan masyarakat Islam khususnya yang ada di kalangan eksekutif atau kalangan yang mempunyai kemampuan untuk memberikan kebijakan dalam pemerintahan dalam melihat itu semua.
Tanggapan
Komunisme di Indonesia sebenarnya karena Islam itu ditolak, tetapi secara de facto ia pernah menjadi kekuatan besar. Masuknya komunisme di Indonesia itu di awal abad-20. Bahkan ada tokohnya itu adalah seorang kyai. Seorang yang menguasai Islam tetapi jadi komunis, mereka tetap sholat karena kaitannya dengan perlawanan terhadap kolonial. Tapi soal cara membebaskan negri ini adalah dengan cara komunis, mungkin karena tidak faham bagaimana cara Islam bisa dilakukan.
Sejarah pertama kali komunisme melakukan pemberontakan tahun 1926, kemudia ditumpas oleh Belanda. 22 tahun kemudian dia muncul kembali. Tahun 1955, pada pemilu ia menjadi satu diantara 4 partai pemenang pemilu. Jadi betapa suburnya komunisme di Indonesia itu karena faktor sosiologis dan ekonomi. Kemudian tahun1965 mereka melakukan pemberontakan dan akhirnya dibubarkan dengan Tap MPRS tahun 1965. Orang mengira komunisme itu sudah hancur tidak akan hidup lagi, tetapi fakta-fakta terakhir, gejala bangkitnya komunisme itu kelihatan dengan jelas. Baik dalam bentuk tulisan (buku) tentang komunisme yang sekarang mulai laris dikalangan mahasiswa. Atau juga, ada indikasi kuat dari banyak pengamatan bahwa salah satu perwujudan munculnya komunis adalah organisasi yang terkenal yang terkenal dengan PRD. PRD ini secara yuridis adalah partai yang sah karena terdaftar sebagai peserta pemilu dengan asas pancasila. Tapi indikasi atau modelnya banyak yang mengatakan bahwa PRD itu adalah salah satu bagian dari gerakan komunis. Misalnya penggunaan slogan dan kata-kata atau model pergerakannya banyak yang sama dengan PKI.,Sikap muslimin dalam hal ini berbeda-beda. Ada yang menolak ada juga yang meyakini. Dilihat dari ketika sidang tahunan, dimana ada satu fraksi yang menginginkan dicabutnya UU No. 25 itu. Ada gerakan-gerakan terbuka dan ada gerakan-gerakan tertutup. Hal tersebut disebabkan karena, pertama, kekuatan mereka terbatas. Kedua, karena ideologi yang busuk itu biasanya disampaikan kepada publik tidak secara keseluruhan, ibarat telur busuk dibungkus kertas emas. Muslimin kadang kurang pandai dalam mengemas bahwa Islam itu bagus.

http://www.hudzaifah.org/Article115.phtml